Apa kurikulim homeschooling keluarga kami?


Homeschooling Indonesia - Kadangkala saya menceritakan atau memosting beberapa kegiatan anak-anak di sosial media. Banyak yang bertanya mengenai homeschooling yang kami terapkan. Dan pertanyaan mengenai kurikulum sering dilontarkan pada kolom komentar. "Pakai kurikulum apa ya bund?" Begitu kira-kira bunyi pertanyaannya.

Sebenarnya saya dan suami tidak punya kurikulum khusus dalam mendidik anak-anak. Akhlak dan nilai-nilai agama adalah kewajiban, dan untuk bekal masa depan mereka harus mempunyai keterampilan. Hanya itu yang kami pegang. Seandainya anak suatu saat ingin kuliah, kami sebagai orangtua masih mempertimbangkan akan menggunakan ijazah dan ini bisa didapatkan di luar sekolah. Namun saya pribadi sebenarnya tetap berharap suatu saat entah kuliah dimanapun anak diterima dengan baik karena kemampuannya, bukan karena ijazahnya.

Bermain dokter-dokteran di antara mainan berserakan

Memasak telur matasapi untuk sarapan


Kembali lagi ke kurikulum, ini erat kaitannya dengan pelajaran sekolah, dan memang nanti tujuannya tetap di jalur pelajaran sekolah hingga mencapai jenjang pendidikan tinggi. Namun kami sebagai orangtua tidak memberikan batasan ilmu khusus hanya kepada ilmu sekolah seperti yang dirumuskan dalam kurikulum pemerintah. Jadi kalau ditanya kurikulum ya kami tidak punya kurikulum khusus, karena memang ptaktek homeschooling itu bukan memindahkan sekolah ke rumah.

Kami tidak sedang memaparkan pendidikan sekolah di rumah, tidak mendudukkan anak-anak di meja-meja rumah lalu mengajarkan mereka seperti di sekolah, kami tidak memberikan latihan-latihan menulis seperti di sekolah. Praktek homeschooling kami tidak mempunyai banyak buku sekolah. Anak yang sudah bisa membaca diberikan beberapa buku sekolah yang kami pilihkan menurut kami adalah yang terbaik. Lalu ada buku pengetahuan umum, buku-buku agama, dan buku pengetahuan yang berhubungan dengan cita-citanya.

Bagaimana praktek belajarnya di rumah?
Untuk buku-buku sekolah anak membaca dan mengisi tugas-tugas yang ada, jika ada yang dia tidak tahu barulah anak bertanya pada kami. Atau kadangkala ia mencari data secara online. Anak boleh bermain jika sudah merasa bosan. Hanya begitu saja? Kapan orangtua berperan? Dalam hal ini emak setelah subuh menghabiskan waktu bersama anak-anak membaca Al-qur'an dan menghafalkannya.

Kalau adab dan akhlak setiap saat dan setiap waktu diingatkan. Seperti kata salah seorang teman, ibarat menanam bonsai, agar sesuai keinginan bonsai itu harus dibentuk, suatu saat ia akan tumbuh di luar bentuknya, maka tugas kita adalah memangkas bentuk yang tidak sesuai, dan akan terus begitu, maka kita harus sabar memangkasnya. Adab dan akhlak anak memang masih akan terus dipantau setiap saat setiap waktu.

Apakah kami punya jadwal khusus?
Anak yang sudah bisa membaca mempunyai jadwal harian yang dibuatkan pada selembar kertas. Sementara anak yang belum bisa membaca, baru-baru ini dibuatkan jadwal harian bergambar. Jadwal ini bisa saja diikuti bisa juga tidak. Terkadang anak maunya membaca buku yang disuka, atau ada kegiatan di luar rumah.

Jadwal harian dengan gambar

Jadwal harian dengan tulisan


"Sayang sekali ya, mereka hanya belajar sedikit, sementara di sekolah banyak yang didapatkan anak."
Jujur saja kami tidak merasa bahwa anak wajib mengetahui segala hal. Dan sebagai orangtua kami bisa memilihkan buku-buku yang cocok untuk anak, mengenai pengetahuan apasaja. Kami tidak merasa anak wajib mempelajari semua buku pelajaran sekolah. Jika anak memang belum bersemangat untuk mempelajari sesuatu ya tidak apa-apa, kami akan menunggu saatnya tiba.

Karena anak-anak belajar di rumah jadi tidak ada kewajiban datang ke suatu tempat setiap hari tertentu, sehingga bebas menggunakan waktu di hari kerja. Beberapa hari lalu di hari kerja anak-anak mengunjungi Perpustakaan Nasional untuk kedua kalinya, mereka sangat antusias. Si sulung mencari beberapa buku untuk dibacanya, dan ia tidak mau keluar saat diajak untuk makan siang. Usai makan siang kami sempat mengunjungi pameran kesejarahan "Jagung berbunga diantar Bedil dan Sakura" di lantai 4.
Sayapun tak menyangka kalau sulung ternyata mengetahui Presiden pertama yang fotonya terpampang di sana. Anak-anak belajar sejarah dengan bahagia. Sang ayah menceritakan beberapa foto yang mereka lihat. Emakpun sempat menceritakan beberapa foto lukisan yang berjejer dengan ekspresi ala emak. Anak-anak mendapat bingkisan berupa buku, poster, sticker, botol minum dan payung, dengan bangga mereka memperlihatkannya kepada emak.

Senang mendapat bingkisan


Berbicara mengenai kurikulum terdengar sangat lekat dengan buku-buku panduan. Homeschooling bagi kami tidak hanya mengenai buku. Ketertarikan anak akan pekerjaan rumah juga jadi bahan pembelajaran. Sulung dan anak kedua mulai senang membuatkan sarapan beberapa hari ini. Sebelumnya mereka senang melipat baju, mencuci piring, menyiram tanaman, menyapu, mengepel, menjaga adik yang sudah pernah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya.

Jika anak bosan belajar, mereka dibolehkan bermain, kami berusaha untuk selalu update mainan yang ada di rumah. Atau mereka berkreasi dengan bahan yang ada.

"Seandainya mereka sekolah tentu banyak temannya"
Mereka tidak punya teman? Setiap pagi libur anak-anak dipanggil teman-teman sekitar rumah untuk bermain. Jika hari sekolah, teman-teman mereka akan menyapa ke rumah saat sore tiba untuk bermain bersama. Anak sulung saya juga sebelumnya mengaji di luar rumah saat sore hari, dan sekarangpun mulai aktif lagi. Seminggu sekali anak-anak belajar beladiri. Dan seminggu sekali anak-anak bermain di kolam renang, mereka berkenalan dengan anak lainnya. Dan baru-baru ini komunitas homeschooling di tempat baru mulai melakukan pertemuan. Benarkah mereka tidak bisa bersosialisasi?

Berkumpul dengan beberapa penggiat Homeschooling


Dasar kurikulum yang saya tekankan kepada anak adalah akhlak, lalu mereka harus mempunyai kemampuan berkomunikasi beberapa bahasa, kemampuan untuk keamanan diri (seperti berenang dan beladiri), memiliki ilmu yang bermanfaat. Sementara keimanan adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar.

Komentar