Jalan-jalan tak bermanfaat

Homeschooling Indonesia - Bagi saya, emak-emak rumah tangga dengan anak-anak kecil yang selalu membuat rumah menjadi berantakan, jalan-jalan walaupun cuma ke minimarket dekat rumah pun adalah sebuah hiburan. Menyenangkan rasanya bisa berbelanja dan bisa memilih-milih produk yang akan dipakai di rumah. Menyenangkan bisa melirik-lirik dan memperhatikan produk warna-warni meski kaget melihat harganya. Ya.. emak memang mempertimbangkan harga kalau berbelanja.

Membaca buku setelah lelah berbelanja


Awalnya saya merasa hal itu tidak begitu bermanfaat untuk anak, karena berfikir bahwa belajar itu adalah seperti di sekolah. Suatu saat saya pernah mengajak anak mengenal berbagai nama buah di supermarket, meraba dan menciumi beberapa buah.  Anak saya minta menyebutkan apa yang dirasakan. Namun ini adalah pelajaran yang terlihat nyata, meski ini belajar sambil berbelanja. Lantas apa pelajaran yang tidak begitu nyata alias tidak nampak kasat mata? 

Sebagai homeschooler, anak saya ajak untuk belajar dimana saja, belajar tentang apa saja. Belajar berinteraksi, belajar peduli, dan sebagainya.Saya akan bercerita beberapa kisah saat anak-anak saya ajak ikut berbelanja. 

Suatu saat si tengah pernah membuat berantakan deretan barang yang ada di etalase. Emak membalik badan menghadap anak dan dengan tegas  berkata. "Ayo rapikan lagi.." Awalnya anak saya tidak langsung bertindak, mungkin ia belum paham caranya. Saya pun membantu anak merapikan sebagai contohnya, selanjutnya si tengah melakukannya sendiri, meski terkadang finishingnya masih suka tidak karuan ^_^ Yap.. selanjutnya setiap anak-anak membuat produk di supermarket berantakan mereka akan segera merapikannya, bahkan saya meminta juga merapikan produk yang tidak pada tempatnya meski itu bukan karena ulah mereka. Saya ingin mereka paham agar tidak bersikap tak peduli pada lingkungan. Apapun itu saya berharap mereka bersikap baik jika terjadi sesuatu pada lingkungan.

Buah adalah produk yang menurut saya wajib dihadirkan di rumah. Seperti biasa sering melihat pemandangan konsumen yang memakan buah di etalase buah. Melihat itu anak saya juga ikut mencicipi, awalnya saya tidak mengetahui karena asyik memilih. Saat akan beranjak saya melihat potongan buah di tangannya (buah kecil, anggur). Emak bertanya apakah sudah meminta izin sebelum memakannya? (kebetulan di sana tidak tersedia sampel untuk dicicipi). Si tengah diam, dan mulai membuka suara saat emak mengulang pertanyaan. "belum.." suaranya lirih dan pelan, terlihat takut (emak sebenarnya tidak memasang tampang seram, tapi hanya nada suara agak tinggi). Emak menggandeng tangan si tengah, mengajaknya berbicara dengan karyawan supermarket. Namun ia menolak  melakukannya, karena mungkin merasa takut dimarahi, meski emak berusaha meyakinkan bahwa tidak akan dimarahi, tapi tetap tidak mau membuka mulutnya. Ini adlah ujian kesabaran buat emak, mau bernada tinggi di tempat ramai, tidak bisa. Meski saat itu saya tidak berhasil membujuknya, namun untuk selanjutnya ia mengerti untuk tidak sembarangan memakan buah yang ada di etalase.

Anak-anak terkadang suka meminta sesuatu yang saya larang, terutama si sulung yang punya alergi, sehingga harus saya batasi makanan yang akan dia pilih. Atau terkadang meminta produk yang harganya aduhai mahalnya, emak tidak sanggup membelinya. Kalau kejadian seperti ini biasanya saya memberikan pilihan kepada anak, misal ada beberapa produk yang sudah dia pilih, jadi saya akan meminta ia memilih beberapa yang dibolehkan. Misalnya saya hanya membolehkan 2 dari 3 produk yang dipilih, maka anak harus memilih 2 produk yang paling disukainya. Kalimat pilihan akan saya ulang-ulang dan anak saya minta untuk berpikir dulu. Atau memberikan pilihan kegiatan yang menyenangkan, dia mau beli produk itu atau ikut diajak jalan-jalan. Biasanya ini berhasil untuk anak-anak. Alhamdulillah anak bisa menentukan pilihannya dengan baik.


Anak saya suka bermain dengan produk pajangan-pajangan di supermarket, mencoba sepeda anak, bermain buka tutup dengan lemari, bermain pencet-pencet mainan, dan lain-lain Saya tidak mengizinkan anak melakukan ini. Karena berkemungkinan merusak produk. Di sini anak sering tidak paham yang saya maksudkan, butuh ekstra sabar untuk bisa meyakinkan anak bahwa apa yang dilakukannya adalah salah, bahwa memanfaatkan produk milik orang lain untuk kesenangan pribadi harus dengan izin pemiliknya. Namanya anak kecil pasti akan tertarik memegang dan mencoba sesuatu. Begitupun dengan anak-anak saya, bertingkah demikian. Dan ini cukup berat mengingatkan anak, tapi saya tetap berusaha dan selalu mengingatkan, butuh waktu lama, namun anak-anak mulai bisa memahami. Terkadang mereka juga masih suka lepas kontrol. Semoga ke depannya bisa benar-benar paham.

Asyik bermain ponsel pajangan

Anak-anak terkadang saya minta untuk berani bertanya kepada karyawan jika produk yang dicari tidak bisa ditemukan, atau ketika ingin melihat harga tapi tidak ada keterangannya, dan lain-lain. Awalnya mereka malu, tapi saya tidak menertawakan, atau tidak mengejek ketika anak salah mengucapkan nama produk. Saya mengucapkan terimakasih jika mereka telah selesai bertanya, saya mengucapkan kata-kata pujian "kamu pandai" atau " kamu pintar", tapi acapkali hanya berupa senyuman. Saya ingin anak berani bertanya meski kepada orang yang belum dikenalnya.

Itu sekelumit mengenai jalan-jalan yang kelihatannya tidak bermanfaat, namun bisa menjadi wadah belajar anak. Tak hanya anak, sayapun sebagai emak-emak merasakan sangat diuji (harus bisa sabar) kalau berada di keramaian. Jadi sama-sama belajar baik anak maupun emak. Dan saya berusaha memberikan pujian ataupun senyum dan ciuman jika mereka mau belajar tentang sesuatu. Masih banyak cerita lainnya yang tidak bisa saya sampaikan satu persatu. Semoga ada hikmah yang bisa diambil.
Oya.. tak jarang anak saya ditanya, "kok ga sekolah?", "aku sekolahnya homeschooling" begitu jawaban anak-anak. Dan biasanya mereka mendapat pujian dari si penanya setelah berbincang dengannya.
Emak memang banyak harapan terhadap anak-anak, meski dengan pelajaran sederhana, semoga bisa menjadi bekal untuk mereka kelak.

Komentar

  1. Selalu ada pelajaran berharga dalam setiap perjalanan yang kita lakukan. Anak-anak belajar bersosialisasi di tempat baru. Mungkin kelihatannya sepele, tapi berkesan bagi anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener mbak...
      Berharap yang sederhana bisa menjadi bermakna.

      Hapus
  2. proses belajar bisa didapat di mana saja ya, mbak kalau kita mau memanfaatkannya

    BalasHapus

Posting Komentar