Alasan Mengapa Anak-anak Kami Tidak NO TV, NO HP dan NO Laptop


Homeschooling Indonesia - Saya salut dengan keluarga yang mampu menjaga anak dari tidak menonton tv dan anak tetap hepi serta aktif. Saya mengemukakan judul di atas bukan sebagai dalih atau pembenaran atas apa yang kami(saya dan suami) lakukan. Justru karena ketidakmampuan kami dalam memaksimalkan kebersamaan.

Anak-anak di rumah memang sering berinteraksi dengan tv, hp dan laptop. Bahkan anak-anak sekarang punya hp sendiri (6 dan 8thn). "Ih.. masih kecil sudah dipegangin hp aja bund..." Iya nih.. masih pada kecil sudah pegang hp. Buat apa saja sih hp? Mereka nanti bisa ketagihan dengan hp dan tidak mau lepas...

Belajar bersama ayah


Mengapa Anak-anak tidak NO TV

Awal menikah saya langsung diboyong suami dan berada jauh dari keluarga dan teman. Di lokasi yang asing suami menghadirkan TV di rumah untuk penghibur. Tapi ketika hadir anak pertama saya lebih banyak memutar video anak seperti Pocoyo, Bob the builder, dan lain-lain yang kebetulan sekali harganya paling murah dibanding video lain di supermarket. Meski sekali-kali emak juga ingin menonton acara TV dan acaranya biasanya dipilih acara anak atau ilmu pengetahuan. 
Sampai anak kedua juga masih sering menghadirkan video untuk anak dan emak lebih jarang menonton TV biasanya emak menonton TV di pagi hari sebelum anak bangun dan suami menonton pada malam hari sepulang kerja saat anak sudah tidur.

Suatu waktu ada penawaran TV berbayar ke rumah. Suami langsung setuju apalagi sepaket dengan sambungan internet yang diperlukannya untuk bekerja. Waktu itu saya juga serius berjualan online, jadi bahagia sekali bisa menghadirkan wifi di rumah. Untuk TV berbayar anak-anak sudah tahu saluran TV yang boleh mereka tonton. Dan biasanya kalau tidak sengaja pencet malah heboh sendiri segera menggantinya. Sempat ganti brand TV berbayar dengan suatu alasan, tapi tetap yang dipilihkan untuk anak acara anak serta pengetahuan. Sementara saluran TV pengetahuan yang tidak dikhususkan untuk anak bisa saya nikmati pada malam hari saat anak masih terbangun(kecuali kalau anak-anak minta menonton acara anak).

Kalau dirunut ke belakang di keluarga saya dahulunya ayah tidak mengizinkan ada TV di rumah. Dengan alasan tidak baik untuk disaksikan tayangannya. Namun saya bersaudara malah jadi penasaran dan mencari tahu. Nah.. orangtua yang tidak menghadirkan TV di rumah memang harus super telaten dan super perhatian ya, dan kami belum mampu seperti itu. 
Bagi saya pribadi mengenalkan anak pada TV tidak masalah selagi yang dilihatnya masih bermanfaat. Beberapa kali anak-anak membuat kreasi setelah atau sedang menonton TV, anak-anak mengetahui "Itu bukan untuk orang Islam ya bunda" setelah melihat tayangan TV, anak-anak senang dengan pengetahuan-pengetahuan alam yang ada di TV, anak-anak penasaran dengan hewan-hewan, dengan daerah lain dan banyak hal lainnya.

Menurut saya lebih baik menyaksikan lewat TV dengan jarak yang cukup jauh dan biasanya bisa berinteraksi dibanding berlama-lama menyaksikan youtube di laptop. Dan biasanya harus duduk dan menghadap laptop saja. Saya malah bercita-cita bisa menghadirkan koneksi HP dan TV di rumah supaya bisa menyaksikan streaming melalui TV bukan di HP atau laptop. Namun saat ini harganya masih terbilang mahal bagi kami. 


Mengapa anak-anak tidak NO HP

Suami pernah membelikan saya tablet yang awalnya tidak saya minta, lebih kepada rekomendasi suami. Dan tablet itupun akhirnya malah tidak bisa saya pakai karena di awal ada sedikit kesalahan yang kami buat. Ada beberapa permainan yang diperlihatkan suami di tablet tersebut kepada anak, sehingga tablet tersebut kemudian berubah status hak milik menjadi tablet anak-anak. Setelah klaim hak milik tersebut keluar, anak-anak sering menikmati permainan di tablet dengan asyiknya. Namun sewaktu-waku saya membuka tabletnya untuk mengontrol apa saja yang mereka mainkan. Rata-rata permainan mereka adalah keluaran baby bus atau Marbel dan lain-lain yang senada.

Memotret tanaman


Belakangan saya membeli HP baru karena berkali-kali HP lama bermasalah bahkan tidak bisa menyala. Ternyata masalahnya bisa diselesaikan dengan membuka batrainya dan memposisikan ke tempat semula(saya ngikik waktu tahu masalahnya). Anak sulung girang sekali begitu mengetahui HP itu bisa menyala dan meminta HP itu untuk dijadikan miliknya. 

Sulung sudah bisa membaca jadi kadang ia menginstal sendiri apa yang ia butuhkan. Beberapa aplikasi yang ada di HP-nya saat ini adalah KBBI V, planner 5D (desain denah rumah), Neybers (desain interior), Kamusku (biasa digunakannya untuk cek terjemahan bahasa Inggris), Juz'Amma Mp3 (biasa dinyalakan pagi hari untuk hapalan didengar sambil bermain), PicsArt (untuk edit foto).
Sementata di tablet ada permainan blockcraft yang disenangi anak tengah. 

Mengenai iklan pada aplikasi gratisan biasanya bisa dikontrol, jika tidak suka bisa klik x pada iklan yang muncul, sehingga iklannya tidak ditampilkan lagi, iklan lain yang akan ditampilkan.

Tablet sudah berumur lama jadi agak rewel, harus dicas sebelum baterainya benar-benar habis. Awalnya sempat membuat aturan boleh pegang HP hanya pada akhir minggu, namun si tablet ternyata tidak bisa menyala samasekali dan harus diservis. Lokasi servis cukup jauh, jadi tidak bisa sering bolak balik. Belakangan tablet sering dicas dengan resiko si tengah minta mainkan tabletnya lebih sering. Namun emak berusaha kontrol dengan mengawasi lama penggunaan dan apasaja yang dilihat. 
Namun sejauh ini frekuensinya Alhamdulillah masih terjaga.


Mengapa anak-anak tidak NO laptop

Kalau untuk ini anak-anak biasanya menggunakan laptop untuk belajar online, melihat tayangan youtube, dan belajar desain. Belakangan ini kami mendaftarkan si sulung belajar online berbayar. Awalnya karena begitu sangat antusias ia belajar tiap hari, akhirnya saya buatkan jadwal agar tidak melulu belajar via laptop.

Menonton tayangan youtube biasanya melihat kreasi anak, menonton acara TV yang jarang ada di TV berbayar seperti Upin dan Ipin (di TV berbayar kadang suka kelewat, tapi pas ada si tengah suka meniru berbahasa Inggris), dan beberapa pelajaran si sulung dilihat melalui youtube. Ada saluran English sing sing untuk belajar bahasa Inggris, dan kadang ia searching sendiri pelajaran sekolah. 

Tetap suka bermain gunting


Belajar desain yang saya maksud di atas hanya belajar desain dasar. Beberapa kali si ayah mengajarkan Corel Draw. Lalu anak-anak juga mengutak atik beberapa shape di Ms Word. Si sulung juga belajar edit foto, meski masih sangat sederhana. 

Pernah si sulung mencoba menulis namun sepertinya dia tidak begitu tertarik. Dia lebih tertarik berkata-kata dibanding menulis. Atau mungkin belum saatnya. Mungkin suatu saat ia menumpahkan kata-katanya melalui tulisan. ^_^


Apa yang kami lakukan belum tentu cocok juga ya untuk keluarga lainnya. Tapi seperti ini yang kami terapkan sehari-hari untuk anak. Memperkenalkan dan berusaha mengambil yang terbaik. Sehari-hari mengurus bayi dan 2 anak lainnya membuat emak tidak sepenuhnya bisa kontrol semua kegiatan anak. Berharap mereka bisa mengambil yang baik-baik darimanapun. 
Semoga nantinya juga bisa menyebarkan kebaikan.. amin.. 
Salut buat semua emak-emak dan Bapak-bapak yang selalu berusaha memberikan terbaik untuk anaknya...  

Komentar

  1. Aku juga sama anak-anak ga terlalu ketat klo masalah gadget.

    Lah, wong sumber belajar mereka ada situ.

    Malah, anak pertama aku, bisa ngomong enggris karena dari kecil nonton saluran anak berbayar, yg semuanya bahasa inggris.

    Jadi, karena mendukung kegiatan belajar kami, saya sih Iyes sama gadget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mbak.. saya asalkan pengetahuannya nambah tetap izinkan gadget.. 😊

      Hapus
  2. Aamiin.. Tetep semangat ya mak z ��

    BalasHapus

Posting Komentar