Menggali ilmu di acara Oase Festival

Homeschooling Indonesia - Beberapa hari sebelum acara ini dimulai anak-anak sudah antusias dan tiap hari menanyakan kapan acaranya. Sudah jauh-jauh hari mempersiapkan buku, hp untuk memotret dan alat tulisnya. Meski mereka tidak tahu persis seperti apa acaranya nanti namun mereka sudah tampak bahagia akan ada petualangan baru yang menanti.

Hari yang dinanti tiba, namun ternyata semua bangun kesiangan. Berhubung bayi rewel pada malam sebelumnya, emak jadi kelelahan sehingga terlelap hingga pagi. Buru-buru semua bangun dan membersihkan diri. Untunglah tidak ada drama pagi kemaren, dalam waktu sejam semua siap berangkat. Ketar-ketir dengan jadwalnya yang dimulai pada jam 8. Perjalanan dari Bekasi ke Kota Tua (tepatnya museum bank Mandiri) lumayan jauh, berharap di jalan tidak ketemu macet. Perut keroncongan memaksa mencicip makanan di atas mobil, meski kondisinya tidak stabil, anak-anak tetap bisa makan.

Sampai di lokasi ternyata masih sepi, dan acaranya belum dimulai.. Syukurlah.. bahkan penyelenggara menyatakan terimakasih sudah sampai tepat waktu, setelah acara berlangsung beberapa saaat mulai ramai peserta lain berdatangan.
Ini pertamakalinya kami sekeluarga mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan komunitas homeschooling secara luring.

Acara dimulai dengan cerita anak-anak anggota Oase (komunitas homeschooling, dalam kegiatannya berbentuk kegiatan pramuka) yang dimentori mbak Shanty Syahril, mengenai pengalaman mereka melakukan eksplorasi.
Anak-anak tersebut dilepas bepergian berkelompok ke daerah yang cukup jauh. Ada yang diberikan list tugas, ada yang riset sesuai dengan keinginan sendiri. Mereka menikmati perjalanan itu meski jauh dari orangtua, dan tidak dibolehkan membawa gawai. Ada juga anak-anak yang terpaksa tidak bisa menikmati perjalanan karena sakit atau harus menemani teman yang sakit. Namun mereka mengaku belajar bertanggung jawab dan belajar memahami arti pertemanan. Saya tidak bisa membayangkan betapa khawatirnya orangtua mereka melepas anak-anak yang masih belajar mandiri. Menurut pembimbingnya, semua orangtua khawatir, semua orangtua deg-degan, tapi ini untuk pendidikan. Dan bagusnya lagi anak-anak itu sendiri yang merencanakan biaya yang mereka butuhkan untuk makan, transportasi dan sebagainya. Anak-anak juga menggunakan uang sendiri untuk perjalanan mereka. Sebelum perjalanan itu mereka dipersiapkan selama 4 bulan, dilatih dan dinasehati, bahkan ada simulasinya.

Anak-anak Oase menceritakan pengalaman eksplorasi mereka

Perbedaan yang mencolok yang saya perhatikan dari anak-anak yang homeschooling dari awal dibanding yang awalnya sekolah konvensional lalu homeschooling adalah anak-anak yang homeschooling dari awal lebih enerjik, lebih terbuka, lebih cap cis cus, dan terlihat percaya diri.
Keren-keren deh karya anak-anak homeschooling ini, ada yang hobi fotografi dengan hasil karya yang oke punya, ada yang hobi menggambar dari yang awalnya gambar sederhana hingga terlihat seperti gambar 3D. Yang sudah memperoleh penghasilan dari hobi mereka juga  sudah ada lho.. anak-anak ini masih remaja maksimal berusia 15 tahun.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pentas seni oleh anak-anak oase yang masih kecil kira-kira  maksimal 6 atau 7 tahun. Tapi anak-anak sudah ribut ingin segera diadakan workshop. Untunglah mereka kembali anteng ketika melihat beberapa pentas seni. Saya tidak bisa menikmati pentas seninya karena mengurusi bayi, dan mengajaknya ke luar ruangan, ada angin sepoi-sepoi yang nikmat.
Di luar ruangan saya sempat berbincang dengan mbak Shanty, kebetulan yang sulung tadinya mau bertanya namun tidak sempat karena waktunya sudah habis.

Usai beberapa pentas seni kami menikmati makan siang di luar ruangan, karena bayi rewel berada di dalam ruangan. Makanannya enak dan mengenyangkan. Oya.. untuk makan dan miunum peserta diminta membawa tempat sendiri. Makan menggunakan tempat yang dibawa atau meminjam pada panitia jika lupa membawa, minum dapat diisi ulang. Acara ini minim sampah, jadi tidak dibolehkan membawa makanan atau minuman kemasan. Setelah kenyang dilanjut istirahat sebentar (sembari anak-anak mendaftar workshop) lalu shalat. Saya sempat diwawancarai anak-anak oase sebentar, tanya-tanay mengenai pengalaman saat acara.
Saya salut dengan acara ini, yang merencanakan adalah anak-anak pramuka oase, saya diberitahu hal ini adalah salah satu projek mereka dari mbak Shanty.

Usai shalat saya masih berkutat dengan bayi dan membuatnya tenang. Suami berinisiatif mengambil giliran untuk menjaga bayi, sayapun bergabung mendengarkan seminar. Karena saya bukanlah tipe orang yang selalu pegang hp dan kamera siap action, jadinya dokumentasi sangat-sangat sedikit.
Luar biasa sekali inspirasi dan ilmu dari ketiga pembicara baik mbak Raken, mbak Irma atau Pak Aar semuanya meberi pengalaman baru.
"Biasanya orang yang keras kepala yang memilih homeschooling untuk anak-anaknya.." sepertinya saya harus membenarkan kalimat Pak Aar ini..
Bahwa anak-anak tidak perlu masuk kantor untuk kerja dan tidak perlu ijazah saya setuju, meski orang-orang sekitar saya tidak begitu. Homeschooling saya penuh tantangan dan banyak tentangan. anak-anak dibujuk untuk sekolah.
Ternyata untuk menghadapi orangtua saya tidak boleh terlalu frontal, kalau bisa melibatkan beliau-beliau.
Sedih mendengar orangtua tidak setuju dengan apa yang saya dan suami pilih utnuk anak-anak.
Mungkin saya mau menyampaikan pada kedua orangtua saya "kami memilih jalan ini sudah dengan berbagai pertimbangan, dan tidak main-main, do'akan saja semoga semuanya yang terbaik". Kalimat ini tidak bisa terucap langsung..

Saat acara seminar ada lansia yang bertanya mengenai apa outputnya, bagusnya atau apa keberhasilan yang sudah dicapai anak-anak homeschooling. Eyang ini salah satu cucunya baru saja memasuki homeschooling selama 2 tahun, namun ia masih ragu. Pak Aar pun menjelaskan mengenai prestasi anaknya yang sudah mencapai prestasi Internasional. Coba baca-baca di blog Rumah Inspirasi aja teman.

Yang membuat saya cukup WOW ternyata mbak Irma adalah guru SMA dan suaminya adalah dosen bahkan orqnagtua mbak Irma mempunyai yayasan pendidikan, namun memilih jalur homeschooling untuk anak-anaknya. Pilihan itu juga sudah melalui berbagai pertimbangan dan perbincangan yang serius.

Lain lagi cerita mbak Raken, yang terlihat enjoy dengan pilihannya dan didukung oleh keluarga besarnya dan suaminya. SEru-seru petualangan yang telah dilakukkanya bersama keluarga.
Seperti yang pak Aar bilang, untuk setiap perjalanan jangan mengharapkan anak akan segera mengerti arti dan ilmu dari perjalanan, tapi biarkan anak menikmati perjalanan. "Jangan berekspektasi tinggi-tinggi dulu"..."main itu adalah belajar" Ilmu akan didapat seiring dengan berjalannya waktu. Biarkan anak-anak menikmati hidupnya dan berbahagia.

Dari cerita Pak Aar, perjalanan yang dilakukan bersama keluarga mengajarkan banyak hal meski tidak begitu telihat. anak-anak diajarkan untuk mengemas barang bawaan sendiri, bertanggung jawab dengan bawaannya. Perjalanan tidak harus mahal, cukup berkunjung ke rumah kerabat, tempat istirahat pun tidak harus nyaman, cukup menikmati apa adanya.

Homeschooling tidak butuh banyak biaya, homeschooling adalah mengenai kebersamaan keluarga, homeschooling adalah mengenai kebahagiaan bersama. Mengenai anak-anak tidak mempunyai teman, mempunyai sedikit teman, atau mempunyai banyak teman itu adalah pilihan. Jadi tidak perlu khawatir mengenai sosialisasi.

Selama seminar, anak-anak berpencar mengikuti workshop, si sulung mengikuti fotografi, adiknya mengikuti pembuatan komik. Yang sulung terlihat menikmati, adiknya masih menikmati setengah-setengah karena belum bisa menulis, jadi hanya bisa menggambar komik, namun mukanya terlihat gembira dengan hasil karyanya saat memperlihatkannya kepada saya.

Komik yang dihasilkan si tengah

Stempel untuk peserta
si sulung serius mengikuti acara

Pulang semuanya kelelahan.. membawa lelah yang penuh harapan ke depan..
Berikut foto-foto si sulung selama workshop.









#Ofest2017
#OfestFotografi
#HSMenyenangkan
#HomeschoolingIndonesia


Komentar

  1. Wah seru banget ya acaranya. Beruntung sekali berkesempatan hadir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak.... ada yang datang dari Jogja juga lho....

      Hapus

Posting Komentar